Jumat, 24 Juni 2011

Jersey Real Madrid Dari Masa ke Masa

Klub Sepak Bola Tersukses Abad XX. Inilah status istimewa Real Madrid yang diberikan federasi sepak bola tertinggi dunia, FIFA. Total 99 gelar telah dikumpulkan El Real sejak berdirinya klub asal Spanyol ini pada tahun 1902. Dengan sejarah panjang yang telah dilalui, tentunya telah banyak perubahan yang terjadi pada Logo ataupun jersey yang digunakan oleh pemain. Seperti kita ketahui, warna kebesaran jersey Real Madrid adalah putih. Warna kebesaran itu pula yang akhirnya melahirkan julukan Los Blancos (si Putih) untuk klub asal Ibukota Spanyol ini. Seragam kedua El Real di secara tradisi adalah ungu keseluruhan atau pun hitam..
Berikut ini adalah jersey Real Madrid dari masa ke masa :


Jumat, 10 Juni 2011

Presiden Real Madrid dari Masa ke Masa


Sepanjang sejarah, Real Madrid memiliki 17 orang Presiden Klub yang tersebar dalam 18 periode. Dari sederet nama tersebut, sosok Santiago Bernabeu Yeste layak disebut sebagai pemimpin terhebat milik Los Blancos. Bukan hanya karena menjadi presiden terlama, tapi juga meninggalkan banyak warisan berharga bagi Madrid.
Pada akhir abad ke 19, Spanyol sedang dilanda krisis keuangan akibat perang kolonialisme. Ingin megalihkan pesimisme para para pemuda akibat keadaan tersebut, seorang pemuda berusia 17 tahun bernama Julian Palacios mengambil tindakan.
Sebagai penggemar berat sepakbola, Palacios tahu futbol adalah sarana terbaik guna mengembalikan harpan masyarakat. Megajak sejumlah rekannya di Institucion Libre de Esnanza yang memiliki hobi serupa, Palacios pun membentuk sebuah klub yang bernama Football Sky FC. Dengan segala pergolakannya, Football Sky FC buatan Palacios ini kemudian berkembang menjadi Real Madrid.
Adalah Carlos Padros Rubio yang mulai membawa El Real ke jenjang lebih serius. Presiden kedua sejak nama Madrid Footbal Club digunakan ini memimpin tim meraih gelar resmi pertamanya. Pada 20 April 1905, Madrid meraih trofi Copa del Ayuntaniento (cikal bakal Copa del Rey), setelah menang dua kali atas Recreation San Sebastian dan Athletico Bilbao.
Setelah era Carlos Padros, tak banyak prestasi yang bisa dibnaggakan Madrilenian selain mulai berkembangnya Real Madrid sebagai sebuah klub. Real Madrid mulai benar-benar meledak dan menjelma sebagai klub terbaik di dunia di era Santiago Bernabeu Yeste.

Kejayaan Santiago Bernabeu
Usai kerusuhan massal dalam duel El Classico 1943 menghadapi Barcelona, Pemerintah Spanyol mengambil kebijakan dengan memecat presiden sebagai hukuman bagi kedua klub. Pada 11 September 1943, Bernabeu pun mengajukan diri mengisi kekosongan itu. Bernabeu bukan sosok baru dalam keluarga besar Madrid karena ia adalah pemain El Real pada 1912 hingga 1927, bahkan sempai menjadi kapten.
Pada 1926, pria yang disapa Santi oleh Madridista ini menjadi pelatih sekaligus pemain hingga 1933. Ia juga menjabat sebagai sekretaris dewan direktur klub pada 1929-1935. Namun, sejak itu Bernabeu tak memiliki hubungan serius dengan El Real karena terjadinya perang sipil di Spanyol (1936-1939) dan juga perang dunia.
Aksi besar pertamanya adalah dengan membangun stadion pengganti Estadio Chamartin (kapasitas 22 ribu) dengan kapasitas yang lebih besar. Memang ide ini bukan ide murni miliknya. Sesaat sebelum dipecat, presiden Los Blancos sebelumnya  Antonio Santos Peralba sudah meminta direksi membangun stadion berkapasitas 40 ribu. Namun, Bernabeu lebih ambisius. Dalam sebuah peretemuan dengan direksi ia berkata, “Tuan-tuan, kami membutuhkan stadion yang jauh lebih besar dari itu dan kita akan membangunnya.”
Santiago Bernabeu pun memutuskan mendirikan stadion baru berkapasitas 75 ribu tempat duduk dengan biaya 222 ribu euro (2,7 miliar rupiah). Pada 14 Desember 1947 Nuevo Estadio Chamartin dibuka dan seketika itu juga menjadi kebanggaan Madridista.
Warisan penting selanjutnya adalah soal kebijakan pemain bintang dari luar Spanyol. Beberapa diantaranya adalah Alfredo di Stefano, Raymond Kopa, hingga Ferenc Puskas. Mereka ini bisa dibilang generasi pertama Los Galacticos, yang belakangan menjadi trademark Prsiden Flontino Perez. Sementara itu, peninggalan terbesar Bernabeu jelas  soal usahanya membangun reputasi Madrid sebagai tim tehebat di dunia. Hingga ia meniggal pada 1978 karena kanker saat masih berkuasa, total 32 trofi berhasil dikumpulkan Los Blancos. Perinciannya adalah 16 trofi La Liga, 6 Piala Champion, 6 Copa del Rey, 2 Piala Latin Cup, 1 Piala Interkontinental, dan 1 Copa Eva Duarte (cikal bakal Super Copa de Espana). Prestasi ini sangat membantu Real Madrid menerima anugerah dari FIFA sebagai klub tersukses di abad ke-20.

Daftar Presiden Real Madrid

 

Juan Palacios (1900-1902)
Prestasi : -






 

 Juan Padros (1902-1904)
Prestasi : -






 

Carlos Padros (1904-1908)
Prestasi :
Copa del Rey 1905, 1906, 1907, 1908






 

 Adolfo Malendez (1908-1916)
Prestasi : -






 
 Pedro Parages (1916-1926)
Prestasi :
Copa del Rey 1917







 

Luis de Urquijo (1926-1930)
Prestasi : -






 

Luis Usera (1930-1935)
Prestasi :
La Liga 1931/1932, 1932/1933
Copa del Rey 1934


 

 


Rafael Sanchez-Guerra (1935-1936)
Prestasi :
Copa del Rey 1936







 

 Adolfo Malendez (1936-1940)
Prestasi : -






 

Antonio Santos Peralba (1940-1943)
Prestasi : -






 
Santiago Bernabeu Yeste (1943-1978)
Prestasi :
La Liga 1953/1954, 1954/1955, 1956/1957, 1957/1958, 1960/1961, 1961/1962, 1962/1963, 1963/1964, 1964/1965, 1966/1967, 1967/1968, 1968/1969, 1971/1972, 1974/1975, 1975/1976, 1977/1978
Copa del Rey 1946, 1947, 1962, 1970, 1974, 1975

Piala Champion : 1955/1956, 1956/1957, 1957/1958, 1958/1959, 1959/1960, 1965/1966
Copa Eva Duarte (cikal bakal Supercopa de Espana) 1947
Latin Cup 1955, 1957
Intercontinental Cup 1960


 
Luis De Carlos Ortiz (1978-1985)
Prestasi :
La Liga 1978/1979, 1979/1980
Copa del Rey 1980, 1982
Copa de La Liga  1985




 
 Ramon Mendoza (1985-1995)
Prestasi :
La Liga 1985/1986, 1986/1987, 1987/1988, 1988/1989, 1989/1990, 1994/1995
Copa del Rey 1989, 1993
Supercopa de Espana 1988, 1989, 1990, 1993
Piala Uefa 1985/1986



 
Lorenzo Sanz (1995-2000)
Prestasi :
La Liga 1996/1997
Supercopa de Espana 1997
Liga Champion 1997/1998, 1999/2000




Florentino Perez (2000-2006)
Prestasi :
La Liga 2000/2001, 2002/2003,
Supercopa de Espana 2001, 2003
Liga Champion 2001/2002
Piala Super Eropa 2002




 
 Fernando Martin Alvarez (2006) : Menjabat hanya 2 bulan
Prestasi : -






 
Luis Gomez Montejano-Arroyo (2006)  : Menjabat hanya 3 bulan
Prestasi : -






 
Ramon Calderon (2006-2009)
Prestasi :
La Liga 2006/2007, 2007/2008
Supercopa de Espana 2008




 
Vicente Boluda (2009)
Prestasi : -






 
Florentino Perez (2009-kini)
Prestasi :  
Copa del Rey 2011

Rabu, 08 Juni 2011

Pesta Sang Juara ‘La Fabrica’


Musim 2010/2011 sudah berakhir. Inilah momen tepat untuk menganalisa dan menilai selama 10 bulan ini kinerja, usaha dan dedikasi para cantera (pemain muda) Real Madrid, apakah membuahkan hasil atau tidak.
Akademi Real Madrid biasa dikenal dengan sebutan ‘La Fabrica’ (pabrik dalam bahasa Indonesia), sebuah wadah untuk mencetak bibit-bibit pemain unggulan untuk Real Madrid maupun untuk klub lain. ‘La Fabrica’ menutup musim 2010/11 dengan  raihan 8 gelar, baik itu tim Juvenil, Cadet, Benjamin maupun Infantil.

Tim Juvenil A (U-19) menjadi jawara liga musim ini dengan hasil 26 kali menang, sekali seri dan kalah 3 kali. Mereka memastikannya setelah menumbangkan Atletico Madrid di Cerro del Espino (1-2), 26 Maret lalu. Meskipun terjadi pergantian pelatih di tengah musim, hal itu tidak mempengaruhi kinerja para pemain. Awal musim Juvenil A dilatih Alberto Toril, tapi ia dinaikkan posisinya untuk mengasuh tim Castilla. Posisi pelatih Juvenil A yang kosong kemudian ditempati Tristan Celador.
Tim Juvenil B (U-18), jadi pencetak gol terbanyak di liga dengan 81 gol. Mereka sudah menegaskan titel juara pada 10 April lalu sehabis tim asuhan Victor Manuel Torres ini mempermalukan tuan rumah Atletico Madrid. Catatan mereka terukir dengan 24 kali menang, 4 kali imbang dan kalah 4 kali. Mereka pernah menang beruntun sebanyak 12 pertandingan.
Tim Juvenil C (U-17) jadi juara liga. Itu terjadi usai membantai Conception (6-2) tiga hari sebelum kejuaraan selesai. Anak-anak asuhan Luis Miguel Ramis mengemas 78 poin.
Tim Cadet A (U-16) juga menunjukkan penampilan yang sangat gemilang dengan memenangkan semua pertandingan kandang. Skuad yang juga diisi putra Zinedine Zidane itu memenangi kejuaraan Campeonato Preferente pada 14 April lalu. Saat itu, klub yang dilatih Jose Fernandez tersebut mengalahkan Getafe dengan skor 4-3. Padahal, liga masih menyisakan 6 pertandingan lagi. Cadet A pun menuntaskan musim 2010/11 dengan raihan 83 poin atau unggul 15 poin di atas Atletico Madrid.
Tim Cadet B (U-15) sudah memastikan juara liga di saat kompetisi masih tersisa 5 pertandingan lagi. Skuad asuhan Pedro Sanchez langsung berpesta usai mencukur tuan rumah Alcobendas 1-6. Di akhir musim, mereka jadi nomor satu dengan jarak 18 poin di atas runner-up, Getafe C.
Tim Infantil A (U-14) yang dilatih Santiago Sanchez juga tampil sebagai kampiun. Yang luar biasa, mereka menjaringkan 114 gol dalam 30 pertandingan (rata-rata 3,8 gol di setiap partai).
Tim Benjamin A (U-10) juga menjadi juara liga. Mereka jadi tim super karena tidak terkalahkan dan mencetak gol paling banyak. Anak-anak Juan Carlos Juarez ini di pekan terakhir menang 3-1 atas Canillas.
Tim Benjamin B (U-9) jadi tim terakhir yang bergabung dalam pesta juara. Skuad asuhan Juan Martinez ini mencetak jumlah gol terbanyak dengan 236 gol dalam 24 laga. Mereka memenangi semua pertandingan dan gawang mereka cuma kemasukan 7 gol. Bahkan, tim berpesta gol di laga penutupnya ke gawang Virgen de la Luz dengan 18 gol tanpa balas.



Senin, 06 Juni 2011

10 Fakta Menarik Tentang Perseteruan Real Madrid VS Barcelona

El Clasico (bahasa Inggris: The Classic), juga dikenal sebagai El Derbi Español atau El Classic adalah nama generik yang diberikan untuk setiap pertandingan sepak bola antara FC Barcelona dan Real Madrid.
Persaingan itu muncul karena dua kota terbesar di Spanyol, dan dua klub sepakbola paling berhasil dan berpengaruh di negeri ini. Real Madrid telah mengumpulkan 73 piala dan Barcelona 68, sementara Athletic Bilbao datang ketiga dengan 32 piala. Mereka kadang-kadang diidentifikasi dengan lawan posisi politik, dengan Real Madrid dan Barcelona mewakili nasionalisme dan nasionalisme Catalan Spanyol masing-masing.


1. Lebih dari sekedar batas geografi


Liverpool vs Everton, Arsenal vs Spurs, dan AC Milan vs Intermilan adalah pertandingan-pertandingan derby panas dan sarat emosi. Fakta ini tidak bisa dipungkiri. Walaupun tradisi dan emosi dari rivalitas mereka begitu luar biasa, namun secara fundamental, persaingan tersebut hanyalah sebatas daerah geografis. Persaingan kedua tim hanyalah karena mereka mempunyai markas yang berdekatan satu sama lain. Jadi demi menjaga gengsi dan mengukuhkan siapa yang paling hebat dalam wilayah yang sama, timbullah rivalitas. Namun, persaingan antara Barcelona dan Real Madrid melebihi batas-batas wilayah. Rivalitas mereka abadi, karena yang ikut bersitegang adalah ibu kota dengan daerah yang hendak merdeka.


2. Castilla vs Catalunya
Barcelona dan Madrid merupakan dua kota terbesar di Spanyol. Hal itu saja sebenarnya sudah cukup untuk membentuk suatu rivalitas. Namun, mereka juga adalah tuan rumah dari dua daerah yang sangat berbeda baik secara kultur dan emosi. Dua kota tersebut juga menghasilkan dua ‘mahzab’ intelektual yang berbeda, dan tentu saja, berseberangan satu sama lain. Barcelona adalah Catalan, Madrid adalah Castillian. Orang-orang Catalan adalah masyarakat yang bebas, sedangkan Castille lebih seperti Keraton-nya Spanyol dan pusat pemerintahan.

3. “Everyone picks a side”
Pernyataan di atas adalah perseteruan ideologi, sosial, dan politik antara kebudayaan daerah yang ingin merdeka dengan pemerintah pusat yang kuat, dan tidak hanya melibatkan FC Barcelona dan Real Madrid, atau Catalunya dan Castille, tetapi juga seluruh masyarakat Spanyol. Ketika duel El Clásico berlangsung, dapat dipastikan, seluruh orang di Spanyol akan terbagi dua. El Clásico mempunyai fungsi yang ‘unik’ yaitu sebagai ‘pembatas transparan’ antara dua daerah dalam satu negara. Suporter dari klub lain, siapa pun mereka, akan memilih salah satu di antara Barcelona dan Real Madrid, berdasarkan kepentingan dan ideologi masing-masing, everyone (should) picks a side.


4. Merupakan anggota dari Liga Terbaik di dunia
Apapun konteks-konteks budaya yang terdapat pada duel El Clásico, tidak akan ada orang luar yang peduli pada pertandingan tersebut ia jika terdapat pada, misalnya, Liga Domestik Siprus. Tapi ini tidak. Duel tersebut berasal dari La Liga Primera, yang merupakan liga terbaik di dunia berdasarkan penilaian FIFA (dalam diskusi debate panjang lainnya, liga-liga lain mungkin saja muncul sebagai liga yang lebih baik, namun setidaknya La Liga adalah salah satu liga sepakbola terbaik di dunia), jadi seluruh perhatian insan sepakbola pasti tertuju ke sana.


5. Menampilkan dua klub terbaik dari La Liga
Tidak hanya gengsi, namun dominasi kedua tim di La Liga merupakan jaminan panasnya pertandingan ini. Karena kedua tim biasanya berada di pucuk klasemen, maka hasil dari El Clásico menjadi sangat menentukan siapa yang akan merajai liga pada akhir musim. AC Milan vs Intermilan mengkin adalah derby perseteruan dua klub papan atas Serie A, tetapi di sana juga terdapat Juventus dan AS Roma untuk disaingi. Sehingga, kadang-kadang, tifosi merasa pertandingan AC Milan vs Juventus atau Intermilan vs AS Roma menjadi sama krusialnya. Dan hal ini menjadikan signifikasi partai derby kota Milan agak berkurang. Lain halnya dengan Barcelona vs Real Madrid yang begitu menentukan. La Liga memang bukanlah pacuan dua ‘kuda’ saja, tetapi selalu ada dua kuda berwarna ‘merah biru’ dan ‘putih-putih’ yang ikut serta. Dua kedua klub ini juga belum pernah terdegradasi.


6. Dan pemain-pemain terbaik di dunia
Karena Real Madrid dan Barcelona merupakan dua di antara klub-klub terkaya di dunia, mereka selalu dihuni oleh pemain-pemain terbaik pula. Misalnya, ketika Lionel Messi cedera, di bangku cadangan sudah ada Henry, Deco, atau Ronaldinho. Kita juga masih ingat Madrid pernah dihuni pemain sekelas Zidane, Ronaldo, Raúl, Figo, Beckham, dan Roberto Carlos yang bermain bersamaan. Ketika El Clásico berlangsung, kita seperti melihat uang ratusan jutaan dollar sedang ‘berlari-lari’ di atas lapangan. Dan yang paling terbaru sekarang adalah pembelian Cristiano Ronaldo yang memecahkan rekor transfer Zinedine Zidane.


7. Juga beberapa talenta lokal
Di samping belanja pemain-pemain kelas dunia tersebut, kedua tim juga dipenuhi oleh talenta-talenta lokal binaan kubu masing-masing. Los Blancos punya Casillas, maskot tim Raúl, dan Guti yang merupakan didikan akademi Madrid. ESedangkan El Barça punya Valdés, Puyol, Xavi, Iniesta, dan Bojan yang merupakan produk-produk dari akademi sepakbolanya. Dan hebatnya, pemain-pemain ini adalah anggota timnas Spanyol. ‘Rasa’ lokal ini menjamin bahwa tak seorang pun di lapangan yang akan melupakan aspek-aspek budaya yang melatarbelakangi El Clásico. Arsenal mungkin diisi pemain-pemain muda bertalenta, namun nyaris tidak ada pemain asli Inggris di sana. Manchester United sekarang hanya tinggal menyisakan pemain tua seperti Giggs dan Scholes sebagai binaan asli mereka. Itulah bedanya dengan El Clásico.

8. Sejarah transfer yang ‘kontroversial’ antara kedua tim.
Sebagai dua klub terkuat dan terkaya di Spanyol, tak dapat dihindari, Barcelona dan Real Madrid akan berebut mendapatkan tanda tangan pemain top. Salah satu dari kasus tersebut adalah ketika kedua klub berniat mengontrak pemain River Plate, Alfredo Di Stefano pada tahun 1953. Transfer tersebut sangat kontroversial dan merupakan salah satu pemicu ‘kerasnya’ El Clásico. Sebuah kontrak janggal dilakukan ketika Di Stefano menandatangani proposal kedua klub sekaligus. Ia akan bermain dua musim untuk Real Madrid (yang menghubungi lebih awal) dan dua musim untuk Barcelona.
Namun, setelah melihat debut pertamanya di Real, El Barça setuju untuk melepaskan Di Stefano secara permanen karena permainan Di Stefano yang kurang menjanjikan.

Tren ini pun terus berlanjut; kedua tim terus bersitegang untuk mendapatkan pemain-pemain top (seperti yang mereka lakukan pada David Beckham tahun 2003). Namun tidak ada yang lebih ‘menyakitkan’ selain ketika salah satu pemain dari tim ini hengkang ke tim lainnya, seperti yang terjadi pada Luis Enrique, yang pindah dari Madrid ke Barcelona, atau kasus Luis Figo pada tahun 2000, yang hijrah dari Azulgrana ke Los Merengues dan memecahkan rekor transfer (sebelum Zidane) sebesar 65 juta Euro. Dan ketika kembali ke stadion mantan klubnya, cemoohan atau teriakan yang harus mereka terima. Semuanya karena atmosfir ‘neraka’ El Clásico.


9. Ukuran stadion
Nama besar kedua klub ternyata juga didukung oleh besarnya stadion yang mereka miliki. Baik Santiago Bernabéu maupun  Camp Nou merupakan stadion elit dan raksasa sehingga menjanjikan atmosfer yang luar biasa. Santiago Bernabéu mampu menampung 80.400 Madridistas dan dinobatkan sebagai salah satu stadion berfasilitas terbaik di dunia. Sedangkan Camp Nou merupakan stadion berkapasitas terbesar di Eropa, yaitu sanggup menampung 98.772 kursi

10. Menghasilkan tontonan sepakbola yang berkualitas
Jika yang terjadi di lapangan adalah sebuah tontonan yang mengecewakan, semua poin di atas tidak ada artinya. Dan tanah Spanyol akan menjadi tempat yang menyedihkan jika semua orang menunggu-nunggu partai yang diadakan sekali dua tahun ini, hanya untuk menyaksikan pertandingan yang menyisakan buruk dan membosankan. Tapi tidak. Pertandingan El Clásico, secara tradisi, selalu mempertontonkan sepakbola berkualitas, menyerang, atraktif, penuh skill, dan aroma ‘membunuh’ yang dahsyat.

Rabu, 01 Juni 2011

Barcelona, Israelnya Sepakbola


Israel adalah negara yang unik, negara kecil ini secara geografi berada dalam kepungan musuh-musuhnya yang setiap saat menunggunya lengah dan menghajarnya. Padahal dibanding tetangganya, negara yang bisa dikatakan tidak memiliki sumber daya alam ini terbilang kaya, berkat teknologi yang mereka kuasai.

Tapi meskipun secara sumber daya alam Israel kalah jauh, Israel unggul di sisi sumber daya manusia, kecanggihan persenjataan mereka juga jauh mengungguli musuh-musuhnya. karena itulah Israel selalu mampu bertahan dan balas menghajar musuh-musuhnya. sudah secara persenjataan lebih canggih, Israel masih pula memiliki satu keistimewaan yang tidak dimiliki oleh musuh-musuhnya yaitu penuh dari WASIT dunia yaitu AMERIKA.

Dukungan wasit inilah yang membuat Israel yang memang sudah canggih teknologinya menjadi mustahil untuk bisa tersentuh oleh musuh-musuhnya. Saat Israel menadapat lawan setara semacam Iran atau suriah misalnya, Israel kadang kewalahan juga, nah di saat-saat genting inilah sang wasit dengan tanpa malu-malu langsung turun tangan untuk menggembosi kekuatan lawannya dengan berbagai bentuk sanksi, mulai dari kartu kuning (pemutusan kerja sama) sampai kartu merah (sanksi ekonomi) siap diluncurkan sang wasit.

Saat Israel dengan curang menghajar musuh yang tidak seimbang kekuatannya (palestina), sang wasit pura-pura tutup Mata. Benar-benar luar biasa, bagi pendukung Israel, ini tentu hal yang membanggakan. tapi bagi orang yang bersikap netral apalagi yang tidak suka Israel, sikap Israel dan sikap wasit yang membelanya ini benar-benar memuakkan.

Hebatnya lagi, dengan modal sebagai negara demokratis, sikap manis yang mereka tunjukkan ditambah dengan bumbu romantika masa lalu sebagai bangsa tertindas dengan kisah holocoust-nya. Meskipun aslinya sangat curang, Israel berhasil meraih simpati dunia. Sebaliknya, lawannya, Palestina atau Iran, meskipun jujur dan mengungkapkan apa adanya, tapi karena penyampaiannya tidak sopan, jadilah mereka lawan-lawan Israel yang sebenarnya korban ini menjadi bulan-bulanan dunia dipojokkam dengan label TERORIS.

Lalu apa hubungannya antara Israel dan FC. Barcelona?

Dan inilah ajaibnya Sepakbola, dunia olahraga ini bagaikan fotocopy dari dunia nyata, lengkap dengan segala konfliknya.

Keajaiban Israel di dunia nyata ternyata sebentuk dan sebangun dengan keajaiban Barcelona di dunia Sepakbola.

FC Barcelona klub yang memiliki julukan PANTAT (Los Cules) ini adalah klub dari sebuah wilayah kecil di Spanyol yang selalu ingin memisahkan diri dari negara induknya. Sama halnya seperti Israel, Barcelona merupakan klub dari daerah Catalan yang ingin merdeka dan medirikan negara sendiri.
Mereka membangun kekuatan dan mendominasi kawasannya. Berlalunya waktu membuat klub ini menjadi klub super. Saat ini tak bisa dipungkiri Barcelona adalah tim terbaik di dunia. mereka memiliki Lionel Messi, pemain terbaik di jagat sepakbola saat ini yang tidak mungkin bisa diragukan kehebatannya.

Tapi yang namanya Sepakbola adalah permainan yang penuh ketidak pastian, tim terbaik tidak menjamin mereka bisa selalu menang. Buktinya tahun lalu, meskipun mereka bermain luar biasa, tapi mereka bisa dipecundangi Inter Milan.

Nah dalam kondisi inilah, Barcelona menjadi sangat mirip dengan Israel. Mereka juga sangat dicintai wasit. Ketika mereka sudah bermain cantik, tapi gol tidak juga kunjung datang, maka WASIT lah yang menjadi pahlawan. Di sini wasit langsung berperan, entah itu memberi tambahan waktu yang panjang, mengeluarkan pemain bahkan pelatih lawan, sampai menganulir gol lawan dan mensahkan Gol off side dari Barcelona.

Tahun 2009 saat Barcelona terpojok melawan Inter Milan, sang wasit memberi kartu merah untuk Thiago Motta, lalu Barca pun mencetak gol, untung Inter Milan punya mental tangguh dan konsentrasi bagus. Mereka tetap lolos ke final. Tahun ini saat Barcelona akan terpojok oleh Gol Higuain, wasit yang sama menganulirnya karena Ronaldo yang dilanggar Pique membuat Mascherano terjatuh, dan seperti layaknya pemain Barcelona, Mascherano berakting dengan sangat memukau dan sang wasit pun terkesan. Tak berapa lama kemudian, Pedro aktor berbakat yang lain di tim Barca, membuat gol yang berbau off side, tapi dengan penuh percaya diri sang wasit langsung mensahkan.

Kalau kita tarik ke belakang, pada leg pertama, UEFA sudah memilih wasit yang memilih pertandingan. Tapi Guardiola, pelatih Barcelona yang sopan dan jantan, meminta UEFA menggantinya alasannya sang wasit berasal dari negara yang sama dengan pelatih tim lawan. Ajaib, UEFA mengabulkan dan menggantinya dengan wasit yang dikenal sebagai fans berat sang Dewa Barcelona, Lionel Messi. Dan seperti sudah diduga, ketika serangan Barcelona mengalami kebuntuan, sang wasit menunjukkan peran. Pepe yang berebut bola dalam posisi 50-50 dengan Dani Alves diberi kartu merah langsung, padahal Pepe sama sekali tidak menyentuh Alves. Tapi Alves memang seorang aktor hebat, persis seperti akting Busquets yang membuat Thiago Motta terusir pada semifinal tahun lalu melawan Inter Milan, kali inipun akting Alves membuat wasit pengagum Messi ini terkesan. Selanjutnya semua jadi lebih mudah, keseimbangan Madrid terganngu, emosi juga (karena diperlakukan tidak adil) dan jadilah Lionel Messi pemain pujaan sang wasit merajalela dan mencetak dua gol yang kelak akan menjadikannya legenda.



Sebelumnya di perempat final, Arsenal yang menjadi korban. Saat serangan Barcelona buntu, Van Persie bintang Arsenal yang menjadi sasaran.

Seperti Israel, sikap sopan yang ditunjukkan Guardiola dan Barcelona membuatnya mendapat simpati. Sebaliknya Madrid yang dizalimi malah mendapat kecaman. Mou pelatih dan manusia hebat yang sangat menghargai teman dan lawan mendapat berbagai sebutan buruk dan kecaman hanya karena mengungkapkan kebenaran yang sudah terjadi berulang-ulang.

Dulu waktu masih di Chelsea, Mourinho sempat emosi karena wasit bicara akrab dengan Rijkaard di lorong menuju pertandingan, Mou curiga ada apa-apa, dan terbukti waktu itu keputusan wasit menguntungkan Barcelona.

Terus waktu Chelsea ditangani Hiddink, Barcelona nyaris tewas dihajar Chelsea, tapi wasit dengan baik hati memberi injury times sampai 9 menit dan hasilnya Iniesta mencetak gol, Drogba sampai berteriak di depan wasit dan kena sanksi beberapa pertandingan.

Tahun lalu, wasit yang sama dengan Leg II Semifinal ini, melihat serangan Barcelona buntu, Busquets berakting, dia keluarkanlah Thiago Motta, Barcelona mencetak gol, tapi Inter dengan ajaib lolos dan jadi juara.

Tahun ini, malah makin parah, Barcelona dalam posisi terjepit dikalahkan Arsenal di Leg I Perempat final. Di Leg kedua, Barca kesulitan menang, dengan ajaib, wasit mengkartu merah Van Persie yang masih menendang bola sepersekian detik sejak wasit membunyikan peluit.

Tapi begitulah, karena dunia ini dipenuhi dengan orang-orang yang mengagumi kesopanan dan tidak tertarik pada sikap jujur yang diungkapkan tanpa tedeng aling-aling dan terus terang. Dunia memang mudah terpukau dengan penampilan luar, asalkan sopan, berbuat curang dan tidak adil pun menjadi tidak haram.

Hmmm…memang mungkin dunia sudah tergila-gila dengan permainan indah Barcelona, jadi UEFA dan para wasit nggak rela kalau bukan tim ini yang juara. Sampai-sampai di pemilihan pemenang Ballon d’or tahun lalu, ketiga kandidatnya berasal dari Barcelona, tim yang tahun itu cuma menjadi juara liga. Begitu menyilaukannya kemilau Barcelona sehingga Wesley Sneijder yang membawa Inter Milan meraih 5 piala dan membawa negaranya sampai ke final Piala Dunia pun di tinggalkan. Dan pemenangnya tentu saja sang Dewa, messi yang musim itu bermain biasa-biasa saja, malah hancur-hancuran di Piala Dunia.

Begitulah, Barcelona memang tim terbaik di dunia dan orang seluruh dunia mungkin sudah tersihir oleh permainan menyerang nan memikat milik mereka, tapi penggemar sepakbola sejati jelas bisa melihat kalau tim ini merusak kenikmatan menonton Bola karena wasit begitu menyukai akting para pemainnya.

Seperti Israel yang terus dibela wasit membuat setiap konflik yang melibatkannya begitu mudah ditebak penyelesaiannya, begitu juga Barcelona, tim superior yang begitu dicintai wasit ini juga telah sukses membuat sepakbola menjadi begitu mudah ditebak hasilnya.

Jadi karena dalam Liga Champions ini sudah tidak ada kejutan lagi, ada baiknya tahun depan UEFA mempertimbangkan agar tidak usah ada Liga Champions lagi, Begitu musim ini berakhir, Piala Champions untuk tahun depan, langsung saja diberikan kepada FC Barcelona.